Senyum merekah petani desa program pendampingan desa sejahtera astra (DSA) dari Provinsi Nusa Tenggara Barat bagian utara, karena budidaya tanaman porang sebentar lagi akan di panen. Visi dan misi akan kesejahteraan dan peningkatan ekonomi ke arah yang lebih baik menjadi motivasi utama masyarakat dalam membudidayakan tanaman ini.
Hamparan luas budidaya tanaman porang dari program DSA ini tersebar di Desa Sambik Elen, Desa Loloan, Desa Akar-Akar, dan Desa Senaru, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Manfaatnya yang banyak, menjadikannya salah satu komoditas utama pada program pendampingan di wilayah ini.
Secara keseluruhan DSA dari NTB untuk budidaya porang, bukan hanya di berikan pendampingan, namun juga pelatihan, fasilitas modal untuk bercocok tanam, prasarana, hingga pemasaran produk tepung porang ini sendiri. Hal ini di lakukan untuk pengembangan produk unggulan yang dapat bersaing dengan produk impor dari luar negeri. Hal ini pula mendukung program dari DSA untuk masyarakat yang terdiri dari 4 pilar yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kewirausahaan.
Olahan umbian porang sudah di konsumsi oleh masyarakat sejak lama. Olahan dari tanaman ini sangat cocok untuk makanan asia. Oleh karena itu peluang untuk mengekspor olahan dari umbian porang ke luar negeri sangat besar. Hal ini sejalan dengan tujuan dari program desa sejahtera astra yang memberikan konstribusi bagi pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia di desa pendampingan dari NTB utara dalam hal budidaya porang.
Tanaman serbaguna, sebutan yang pas di sematkan untuk tanaman porang atau yang bernama latin Amorphophallus muelleri blume. Tanaman ini berguna sebagai bahan baku industry karena kandungan yang ada di dalamnya yaitu KGM (konjac glucomannan).
Pada bidang industrial kesehatan, tanaman ini berguna sebagai salah satu bahan baku kapsul obat-obatan. Karena kandungan KGM dan glukomanan di dalamnya, tanaman porang di manfaatkan sebagai lem alami pada kertas, sebagai perekat pada berbagai kain karena harganya yang terjangkau serta ramah lingkungan. Kandungan yang ada di tanaman porang dapat di manfaatkan pula sebagai bahan alami pembersih air yang tercemar limbah.
Pada industrI makanan perlu di ingat tanaman porang tidak bisa langsung di konsumsi. Tanaman porang harus di olah terlebih dahulu baru dapat di manfaatkan. Sering kali tanaman porang di olah menjadi tepung porang yang kemudian dapat menjadi bahan baku berbagai makanan.
Umbi-umbian porang sebagai bahan pangan ini kaya akan serat pangan larut dan rendah kalori. Artinya tepung porang dapat di konsumsi bagi orang yang sedang menjalankan diet. Selain itu, tepung porang dapat di konsumsi bagi penderita diabetes karena dapat membantu mengontrol kandungan gula. Bagi penderita kolesterol tinggi juga tidak ada salahnya mengonsumsi makanan dari olahan tanaman satu ini karena baik sekali untuk kesehatan.
Pengolahan tepung porang dapat sebagai salah satu bahan baku mie, kue, bakso, dan berbagai jenis makanan lainnya yang bertekstur kenyal. Pada industry ice cream, tanaman porang di gunakan agar ice cream tidak cepat mencair.
Pada makanan jepang, tepung porang sebagai bahan baku pembuatan beras shirataki. Untuk makanan Indonesia tepung porang dapat di olah sebagai bahan baku es dawet, berbagai kue kenyal lainnya.
Anda dapat mengganti tepung pada kue kering kastengel dengan tepung porang atau sebagai tambahan bahan baku pada pancake. Untuk tambahan pada minuman, anda dapat mencampur tepung porang untuk jelly atau tambahan pada es kopyor karena sifatnya yang kenyal tadi. Dengan campuran tepung porang ini, kita dapat membuat cemilan sehat mendukung program diet.
Melihat banyak sekali manfaat dari tepung porang, bagaimana pada petani pendampingan dari program Desa Sejahtera Astra dari NTB utara berkembang dan berkonstribusi dalam kemajuan desa mereka tinggal Dengan budidaya umbian ini pula kita dapat mengganti penggunaan bahan kimia dengan bahan alami dengan berbahan dasar tanaman porang. Bersama program Desa Sejahtera Astra mari kita dukung terus produk dalam negeri demi peningkatan ekonomi hingga ke desa-desa Indonesia.
Reviews:
Post a Comment